Thursday 21 May 2015

Sedekah Botokan (Keutamaan Sedekah), Mbok Mirah


Ini sebuah cerita kisah nyata di Mojokerto, tentang seorang perempuan bernama Bu Mirah. Beliau sudah menikah lama dengan suaminya namun belum juga dikaruniai keturunan oleh Alloh Ta'ala. Setahun, dua tahun, lima tahun, hingga belasan tahun tak juga kunjung memperoleh momongan. Hingga kemudian mereka mengadopsi anak yatim untuk dibesarkan di keluarga mereka.

Walau Bu Mirah ini bukan orang kaya, tapi beliau sudah terkenal di kampung sebagai ahli sodaqoh. Beliau banyak memberi pinjaman kepada Alloh dengan pinjaman yang baik. Seperti Firman Alloh dalam surat Al Maidah ayat 12, yang artinya:
Dan Alloh berfirman: "Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Alloh pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu." (QS 5:12) [1]
Alloh berfirmannya bahwa Dia beserta kita.
Sama seperti anak kecil yang suatu hari membawa paku dan palu, mencoba memasang paku di dinding namun tidak berhasil karena memang belum mampu sekalipun sudah berupaya maksimal. Lalu ayahnya datang, dan mengambil alih paku dan palu tadi, "Sini, ayah aja. Kan ada ayah bersamamu."
Sama seperti serombongan orang dusun yang ngopi di warung, lalu datang temannya yang lebih kaya menawarkan kepada semua. "Ayo nambah nambah makanannya." Tapi mereka ngga ada yang bergerak karena masing-masing uangnya pas-pasan. Lalu si teman yang kaya tadi bilang, "Sudah tenang aja, kan ada aku yang bayarin."
Maka Bu Mirah pun yakin, dengan selalu memberi pinjaman yang baik kepada Alloh maka Alloh akan bersamanya. Dan Alloh memakai kata 'pinjaman', yang berarti akan dikembalikanNya dalam bentuk yang hanya Alloh Yang Maha Tahu, dan Maha Berkehendak.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------
[1] Kalau menurut tafsir di alquran-indonesia.com, pinjaman yang baik itu menafkahkan harta untuk menunaikan kewajiban dengan hati yang ikhlas.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Setiap jum'at pagi, warga kampung di gang-nya selalu menunggu-nunggu jatah botokan (sejenis urap yang dibungkus daun pisang dan dikukus) dari beliau. Selalu. Setiap jum'at pagi, walaupun miskin, Bu Mirah selalu membagi-bagikan botokan kepada tetangga-tetangganya satu jalan kampung.
Alhamdulillah, Gan. Setelah delapan belas tahun menikah, akhirnya Bu Mirah hamil. Beliau pun punya anak, bukan cuma satu, tapi dua, tiga dan empat. Tapi kemudian suaminya meninggal dunia, ketika Bu Mirah berusia lima puluh tahun dan memiliki tanggungan lima anak.
Mbah Mirah (demikian kita sebut nama beliau karena sudah lanjut usia) tidak ditinggali suaminya sebidang sawah yang luas. Beliau hanya ditinggali oleh suaminya sebidang kebun di belakang rumahnya yang dipakainya bercocok tanam.
Tidak seperti kebun-kebun milik tetangganya yang selalu dipatokin burung, tanaman Mbah Mirah tidak pernah dipatokin burung. Kalau kebun-kebun lain selalu dijaga pemiliknya dengan menggantungkan kaleng-kaleng atau apalah untuk mengejutkan burung-burung, “kalauntong kalauntong kalauntong”, atau “kalauneng kalauneng kalauneng”, Mbah Mirah tidak demikian. Beliau bilang beliau sudah menangkal gangguan burung-burung itu dengan botok setiap jumat pagi. Dan burung-burung itupun seakan-akan tau, bahwa pemilik kebun yang ini adalah seorang ahli sodaqoh.
Suatu hari, Pak Haji di kampung tersebut mewaqofkan sebidang tanah untuk pembangunan TPQ. Namun untuk jalan masuknya, mereka membutuhkan sebagian tanah Mbah Mirah. Waduh, masa orang sudah miskin masih mau dimintain tanahnya sih. Akhirnya warga kampung patungan, setelah uang terkumpul mereka pun mendatangi Mbah Mirah bermaksud untuk membeli tanahnya.
Kata Mbah Mirah, "Oo ngga usah ngga usah, kalau buat TPQ saya waqofkan aja." Kira-kira begitu. Sekali lagi ya, Mbah Mirah memberi pinjaman kepada Alloh.
Dan di lain hari, datanglah sebuah truk nylonong, sopirnya mengantuk, menabrak ruang tamu Mbah Mirah. Ngga ada korban, cuma tentu saja rumah reyot itupun jadi berantakan. Ngga ada harta lain. Konon yang ada cuma kursi karet pentil yang sudah penyok. Si pemilik truk seorang keturunan chinnese mu'alaf. Beliau mengganti kerugian rumah Mbah Mirah senilai dua puluh juta. Harga yang sangat besar di sekitar tahun (kalau ngga salah) 1996. Alhamdulillah.
Ketika Mbah Mirah bermaksud membangun rumahnya, ternyata ada proyek pelebaran jalan. Dan lagi-lagi Mbah Mirah mendapat ganti rugi uang dari pemerintah untuk pembelian tanah Mbah Mirah. Andai saja rencana pelebaran jalan lebih dulu terjadi, tentu Mbah Mirah tidak akan mendapat uang dua puluh juta. Tapi memang rencana Alloh seperti ini.
Selain itu Mbah Mirah mendapat pula uang ganti rugi yang cukup besar dari pabrik di seberang jalannya (dari kawasan Ngoro Industri Persada, Mojokerto).

Kalau ngga salah karena ada tanah yang dipakai untuk saluran limbah, atau apa gitu, maaf aku agak lupa.
Dengan uang yang banyak Mbah Mirah kemudian membangunkan rumah-rumah bagi masing-masing anaknya. Kini Mbah Mirah telah meninggal dunia. Namanya dikenal baik di kampungnya. Dan cerita tentangnya mungkin akan terus diceritakan dari mulut ke mulut, hingga saat ini, untuk bisa diambil teladan.
-kisah ini ditulis berdasarkan penuturan Ustadz Choiri yang kenal langsung dengan Mbah Mirah-

***

No comments:

Post a Comment

POST COMMENT

Popular Posts