Thursday 21 May 2015

Teman Positif dan Teman Negatif


Seorang ibu muda, sebut saja Y berteman akrab dengan ibu-ibu gaul lain di sebuah sanggar senam aerobik. Rajin olahraga, badan sehat dan bugar, bentuk tubuh pun jadi lebih indah. Mereka pun kadang suka ikut lomba senam aerobik di sana-sini dengan busana-busana sexy dan tampil erotis. Di lingkungan ibu-ibu gaul tersebut, ternyata ada trend bahwa ngga punya selingkuhan itu ngga gaul dan ngga keren. Bahkan mereka sudah memperkenalkan cowok-cowok yang tertarik kepada si ibu Y ini.

Si ibu Y harus keluar dari komunitasnya ini as soon as possible. Dia berada di lingkungan pertemanan yang salah, yang bukan mendekatkannya kepada Alloh Ta’ala tapi malah menjauhkannya dariNya.
Seorang teman yang hobi touring motor bercerita bahwa dia dulu gabung dengan komunitas / club motor. Berangkat beramai-ramai, menempuh perjalanan jauh, berkenalan dengan lingkungan dan orang-orang baru sungguh bermanfaat dan membuka wawasan. Namun ternyata touring motor gitu jadi blagu, pakai lampu rotator berputar-putar, sirine meraung-raung, menyuruh pengendara-pengendara lain menepi memberi jalan, belum lagi ada yang memotong jalan orang lain dari arah yang berlawanan. Bayangkan berapa banyak pengendara lain yang terkejut ketika dipaksa menepi oleh barisan sepeda motor seperti itu.
Si temanku itu akhirnya keluar dari komunitasnya. Dia ngga suka cara semena-mena dan blagu begitu, dan ia sekarang memilih touring lintas pulau seorang diri (atau boncengan ama istrinya) di kala liburan.
Misalnya, ada seorang cewek kost di lingkungan kampus, pas dapet rumah indekost putri yang isinya cewek-cewek sexy yang gemar berpakaian seronok. Berpenampilan serba mini di situ juga sudah biasa. Hampir tiap malam cowok-cowok pada ngapelin mereka dengan mobil-mobil bagusnya. Hampir tiap malam mereka ngafe, kongkow dan dugem sampai dini hari. Orang tua di kampung halaman tentu ngga tahu bagaimana pergaulan anak gadisnya.
Bagaimana caranya supaya dia ngga ketularan ikut-ikutan begitu, kecuali sesegera mungkin pindah kost. Salah satu teman ada yang mengkuliahkan anak gadisnya di luar kota, dengan syarat tinggalnya tidak indekost, tapi dititipkan di pondok pesantren. Ini mungkin bisa jadi solusi yang bagus juga.

Ikhwatal Islam rahimakumullah.
Kita yang memilih mau berteman sama siapa. Ada teman positif, ada teman negatif [1]. Teman positif mengajak kita ke arah kebaikan, mengingatkan apabila kita salah, menegur bila kita keliru, mendekatkan kita kepada Alloh Azza wa Jalla. Sedangkan teman negatif adalah yang sebaliknya. Membiarkan kita berbuat salah, mendukung kita tersesat, bahkan mengajak kita berbuat dosa, na'udzubillahi min dzalik. Yuk sudahan yuk yang dulu-dulu, buruan deh pindah jalur.
Ayo diganti, dengan siapa kita bergaul sekarang. Dalam rangka pengen jadi lebih baik, ayo ganti teman-teman negatif dengan teman-teman positif. Karena kalau masih di situ-situ terus, ya kita susah untuk berubah jadi baik.
Ada cerita salah seorang teman. Dia biasa nongkrong sama teman-teman se-gank, terus minum minuman keras. Mereka menawarinya minum lalu dia menolak.
A: Segelas aja, Bro.
B: Engga, gue kagak minum-minum lagi sekarang.
A: Ayo lah Bro, segelas ajaaa, penghormatan lah buat abang kita nih.
C, D, E, F: ambil lah Bro, ambil (maksa-maksa)
Dipaksa-paksa terus sampai akhirnya si B kesel, terus ambil tuh botol mau dipecahin ke kepala si A, "Kalau gue bilang engga ya engga!" Baru semua diam. Begitu kira-kira ceritanya.
Nah kalau sudah seperti itu sih, ah tinggalin saja sudah. Tinggalin tinggalin teman-teman yang begitu.
Lho apa ngga memutus hubungan silaturahim tuh? Ah engga ah, kan bisa tetap berteman, kadang bertegur sapa, tidak putus hubungan sama sekali. Yang jelas, kita sudah ngga kumpul-kumpul nongkrong bareng lagi kaya dulu. Ayo cari teman yang akan mengajak kita jadi baik. Bener ya salah satu lirik lagu Tombo Ati bilang, "Wong kang soleh kumpulono."
Terus apa yang ngga soleh ngga ditemanin, sQu, dan dibiarin selamanya tersesat? Sebentar dulu, untuk saat ini dalam rangka kita pengen jadi lebih baik, sebaiknya menyingkir dulu, soalnya imannya belum kuat. Takutnya, Gan, kalau masih kumpul, kita keseret ke pergaulan yang dulu-dulu lagi.
Pintar-pintar deh memilih teman.
Ketika ibu-ibu mengantar jemput anaknya ke sekolah, pasti akan berinteraksi dengan ibu-ibu wali murid lain di sekolah tersebut, berkenalan dan menjadi teman. Ada ibu-ibu yang mengajak ngobrol hal-hal positif dan membuka wawasan baru. Tapi ada juga ibu-ibu yang senengannya ngegosipin orang laiiiin terus, sekalipun itu di bulan puasa.
Kalau yang kaya gitu, sebaiknya langsung ganti topik, "Eh tadi malam sahur apa?" Beres. Kalau masih membicarakan keburukan orang lain, tanyakan lagi, "Eh ntar buka nya apa?" Masih bergunjing lagi, bilang aja, "Eh ntar tarawih di mana?" sambil jalan mundur-mundur terus menjauh.

Ini bisa jadi catatan penting lho. Ciri-ciri teman yang baik adalah teman yang paling sedikit bergunjing membicarakan keburukan orang lain. Catat.
Dulu nih ya, waktu aku bekerja di Pamekasan, aku kumpul dengan teman-teman kantor yang pada gemar olahraga, fitness dll. Kami jogging hampir tiap pagi keliling lapangan alun-alun Arek Lancor. Menyenangkan sekali. Itu yang bikin kadar lemakku turun sampai 18% saja. Tapi ketika pindah kota, ngga punya teman lari, aku pun menggendut lagi, haghaghaghag.
Kini di Mojokerto, alhamdulillah aku kumpul dengan teman-teman yang soleh solehah. Teman-teman musholla yang berjenggot, bercelana tidak isbal, yang sopan santun, ngga banyak tertawa, menjaga pandangan dan tawadhu. Teman-teman yang berjilbab syar'i, yang hanya ngomong yang penting-penting dan bermanfaat saja, Insya Alloh.
Suatu hari, ada dua teman mengajak aku ikutan di Forum Shalahudin, sebuah forum Islami di instansi kami. Terus terang aku takut, kuatir kalau posting di situ bakal dihajar babak belur sama ustadz/ustadzah-nya kalau salah kata, hahahaha. Ternyata Subhanalloh, sambutannya hangaaat sekali. Apa yang kutakutkan dulu ngga pernah terjadi. Kalau aku salah-salah kata, pasti langsung ada yang menegur dengan baik dan akrab. Aku jadi punya banyak teman-teman baru.
Begitu pula dengan teman-teman face-book ku. Entah bagaimana teman-temanku yang dulu suka komentar ngakak-ngakak porno, atau cewek-cewek yang komentar genit-genit kok sudah pada ngga ada (aku yang remove apa mereka yang meremove diri sendiri ya, ngga tahu juga). Banyak teman-teman lamaku (dan teman-teman baru kenal) yang soleh solehah yang suka nulis status hal-hal kebaikan, nasehat-nasehat ringan atau link-link artikel yang bermanfaat.
Setiap hari ada saja postingan yang bermanfaat.
Alhamdulillah. Aku jadi kenal banyak orang-orang hebat, ya akhi wa ukhti fillah, yang bukan cuma pintar ilmu agamanya tapi juga mengamalkannya dengan berbuat banyak hal untuk umat. Subhanalloh, di sini lah fungsi teman yang sebenarnya, selalu menjaga, menegur dan menasehati saudaranya kalau ada salah. Teman-teman sehari-hari yang bisa kucontoh dan kuteladani kebaikannya.
Jazzakumullah khoiron katsiro.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Catatan hadits:
[1] Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: \"Sesungguhnya perumpamaan teman dekat yang baik dan teman dekat yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Seorang penjual minyak wangi terkadang mengoleskan wanginya kepada kamu dan terkadang kamu membelinya sebagian atau kamu dapat mencium semerbak harumnya minyak wangi itu. Sementara tukang pandai besi adakalanya ia membakar pakaian kamu ataupun kamu akan menciumi baunya yang tidak sedap.\" (HR Muslim)

***

No comments:

Post a Comment

POST COMMENT

Popular Posts