Thursday 21 May 2015

LABIRIN



Ini kisah nyata yang dituturkan kepadaku beberapa waktu lalu. Cerita tentang menyulitkan atau memudahkan urusan orang lain. Apakah kita memberikan kepada orang lain berupa labirin yang sulit dan berkelok-kelok, atau jalan tol yang mudah dan lurus. Kisah tentang mendzolimi, atau menolong orang lain. Tentu saja cerita ini kusajikan dengan nama dan karakter yang aku samarkan, tanpa menggunakan nama sebenarnya. Semoga ada hikmah yang bisa kita petik dalam dua kisah ini.


"Pamong Desa"

Ni’ seorang ibu muda dengan satu anak yang masih balita. Sedangkan suaminya Dul bekerja sebagai kuli dengan penghasilan sangat minim. Ni’ hidup susah sejak kanak-kanak. Begitu pula Dul, hidup miskin sejak kecil. Rumahnya berdinding gedek dari bambu. Beberapa hari lalu, Ni’ berobat ke bidan kampung karena ada benjolan pada payudaranya. Dan bidan kampung pun menganjurkan Ni’ agar berobat ke RSUD aja untuk mendapat perawatan lebih intensif.
Sebelum berangkat, Ni’ mampir dulu ke rumah Bu Yah tetangganya, untuk meminjam uang 300.000 buat jaga-jaga biaya pengobatan. Apa arti uang 300.000 buat kita? Buat beli pulsa doang ya. Atau buat beli kemeja satu potong. Tapi bagi Ni’, uang segitu dipakai jaga-jaga berobat, itupun masih berhutang ke tetangganya.
Ternyata untuk rontgen-nya saja sudah menghabiskan 300.000. Karena itu petugas di RSUD pun menganjurkan Ni’ untuk mengurus jamkesmas. Itu lho, program pemerintah bagi pengobatan keluarga miskin. Konon, sudah ada dua tetanggaku dirawat opname di RSUD, biayanya Rp. 0,- menggunakan jamkesmas. Alhamdulillah.
Maka Ni’ pun pulang, dan berniat mengurus kartu peserta jamkesmas baginya. Ia pun menuju rumah salah satu Pamong Desa yang berwenang, seorang pria berkumis yang berkulit gelap. Namun ternyata si Pamong menolak memberikan surat keterangan dengan alasan Ni’ punya sepeda motor.
"Sepeda motor kulo sepeda motor kreditan, Pak." kata Ni’ memohon-mohon pengertian, "Kulo niki sakit." (Saya ini sakit). Namun si Pamong tetap menolak. "Ngga, ngga bisa, ngga bisa." tolaknya. Ya Alloh, apa beratnya sih membantu orang

yang sedang sangat kesulitan dan butuh pertolongan seperti itu. Ni’ pun pulang dengan berurai air mata. Sedih sekali. Ia lantas mengadu kepada ibunya, Mbok Mar.
Keesokan harinya Mbok Mar pun mengurus sendiri ke kantor balai desa setempat, untuk mendapatkan formulir, yang ternyata formulir tersebut tetap harus ditanda tangani oleh si Pamong. Mau tidak mau, setelah mengisi formulir tersebut, Mbok Mar dan Dul kembali menemui Pamong tersebut untuk meminta tanda tangan. Dan lagi-lagi ditolak. Mbok Mar yang bahkan tidak dipersilakan masuk itu kemudian menangis di teras, "Kalau saya mampu Pak, saya ngga akan minta-minta tanda tangan kaya begini." Tapi Pamong itu tetap menolak.
Hmmhh. Aku ngga tahu ada alasan apa lagi sebenarnya yang membuat dia bersikukuh berbuat demikian kerasnya.
Mbok Mar dan anak mantunya yang merasa didzolimi selama dua hari ini kemudian pulang dan mengadu kepada Bu Yah, tetangganya tadi, sambil menangis. Di depan Bu Yah, Mbok Mar mendoakan hal yang kurang pantas atas perbuatan Pejabat yang berwenang terhadap keluarganya. Wew, mungkin beliau mengambil kesempatan bahwa doa orang yang terdzolimi akan dikabulkan Alloh ya?
Mendengar cerita seperti itu Bu Yah pun jadi tergerak untuk ikut membantu, dan kemudian mengajak Ni’ menemui Pamong tersebut.
Ternyata Bu Yah cukup disegani. Walaupun ibu-ibu rumah tangga biasa tapi Bu Yah tidak diremehkan seperti ketika Ni’ dan ibunya diremehkan. Setelah Bu Yah membantu memohonkan dan menjelaskan dengan kepala dingin, baru Pamong tersebut mau tanda tangan juga. Fiiuh, alhamdulillah ya.
"Razia Lalu Lintas"
Cerita belum usai sampai di sini. Setelah urusan membantu tetangganya selesai, Bu Yah pun berangkat menyusul anaknya pulang sekolah mengendarai sepeda motor. Dalam keadaan masih berwudhu Bu Yah berangkat, karena beliau selalu menyempatkan dulu sholat dhuha barang dua rakaat.
Bu Yah memang belum punya SIM C. Maklum selama ini cuma jadi biker perumahan, jarak dekat doang, jadi beliau merasa SIM C belum dibutuhkan. Akan tetapi, sekarang setiap hari beliau harus lewat di jalan raya. Dan Bu Yah pun selalu tegang di jalan, kuatir bertemu dengan polisi.
Maklum, di jalan raya yang dilaluinya sering kali diadakan razia, dan tempatnya berpindah-pindah. Bu Yah sering mendapat info dari ibu-ibu wali murid lain kalau ada razia.
"Bu Yah, ada razia di deket telkom." Maka Bu Yah lewat belakang terminal menghindari telkom.

"Bu Yah, ada razia di deket jembatan." Maka Bu Yah pun muter belakang pasar menghindari jembatan.
Ternyata ibu-ibu kompak juga ya.
Pasti ada pertanyaan, kenapa sih Bu Yah ngga membuat SIM C saja. Ternyata Bu Yah belum pede ikut ujian di samsat. Kuatir gagal ujian seperti teman-temannya ibu-ibu lain yang konon berkali-kali ikut tes masih saja menabrak pembatasnya.
Oke, kembali ke cerita. Hari itu tidak ada razia sama sekali di lokasi-lokasi yang biasanya. Baik ketika berangkat ke sekolah, maupun ketika pulang, alhamdulillah. Sepeda motor pun dikemudikan dengan gembira, hati riang bahagia. Anaknya duduk di belakang sambil memeluk ibunya erat-erat. Siapa sangka ketika sudah dekat gang rumahnya, di tikungan U turn, berjejerlah sekitar delapan polisi berompi kuning, yang sedang berdiri di tepi jalan, merazia sepeda-sepeda motor dan mobil.
Ya Alloh, Subhanalloh.
Deggg.
Bu Yah tercekat.
Jantungnya berdegup cepat, dag dug dag dug dag dug.
Dengkulnya lemes. Pundaknya layu.
Hanya nama Alloh yang terus terucap di bibirnya.
Akhirnya, setelah selama ini selalu menghindar, tibalah pertemuan yang tak terelakkan ini. Mungkin kalau jubah gaib nya Harry Potter ada, pasti Bu Yah segera memakainya dan menghilang dari pandangan. Tapi sayang di bawah joknya cuma ada jas hujan biasa. "Wahai polisi, ini lah aku yang selama ini selalu menghindarimu." mungkin begitu batin Bu Yah.
Mata Bu Yah mulai berkaca-kaca karena takut. Sepeda motor menikung perlahan di U turn. Motor-motor lain pun mulai dirazia polisi, satu per satu dihentikan. Sudah tidak ada lagi Bu Yah si ibu-ibu perkasa yang berani melawan si Pamong. Yang ada hanya seorang perempuan desa yang belum pernah urusan dengan Polisi sama sekali. Perempuan biasa yang lemah dan pasrah atas kehendakNya.
Akhirnya...
Akhirnya....
Akhirnya motor Bu Yah tetap melaju perlahan.
Melewati keramaian razia lalu lintas di tepi jalan tadi.
Melewati delapan polisi yang berdiri sigap menghentikan motor-motor di jalan.
Lho.
Ngga ada satupun polisi yang memperhatikannya!
Subhanalloh.
Kok.. dicuekin?
Alhamdulillah. Alhamdulillah.
12 | P a g e
Diberi kemudahan oleh Alloh Azza wa Jalla.
Plong hatinya. Bu Yah dan anaknya pun melenggang kangkung. Sepeda motornya terus jalan, lalu masuk ke dalam gang. Lolos dari razia polisi. Fiuuuh, alhamdulillah. Bu Yah pun bertekad secepatnya membuat SIM biar ngga spot jantung begini setiap hari. Dan ketika e-book ini ditulis, Bu Yah sudah punya SIM C. Dia bilang ke suaminya dengan bangga, “Pa, aku udah punya SIM C.”
Kata suaminya, “Iya, SIM Cantik.” Hihihihi.
Ternyata suaminya raja gombal juga.
"Kesimpulan"
Ikhwatal Islam yang semoga selalu diridhoi Alloh Ta'ala. Pelajaran apa yang bisa dipetik dari dua cerita di atas?
Kadang ya, karena hawa nafsu (mungkin pas lagi emosi atau dendam), tanpa sadar kita jadi mendzolimi orang lain. Mungkin ketika itu kita lupa kalau nanti ada qishosh di hari kiamat [1]. Tapi kadang, kita sendiri memang suka ngga menyadari sih, kalau sebenarnya kita pernah mendzolimi orang lain.
Kenyataannya kita lebih sering merasa sebagai orang baik yang terdzolimi. Kita sibuk memikirkan siapa saja orang-orang yang pernah mendzolimi kita, lalu mendoakan keburukan bagi orang tersebut. Padahal kalau kita mendoakan kebaikan, maka malaikat-malaikat akan mendoakan kita dengan kebaikan yang sama.
Itulah sebab aku pernah bilang, daripada kita lelah mikirin dan mengingat-ingat siapa saja orang-orang yang (menurut kita) pernah mendzolimi kita, mending kita ingat-ingat siapa saja orang yang pernah kita dzolimi. Karena kelak, ya akhi wa ukhti fillah, orang-orang yang kita dzolimi itu akan menagihnya di hari kiamat. Hari dimana dinar dan dirham sudah tidak ada manfaatnya [2]. Astaghfirullahal 'adziim.
Dan betapa mulianya perbuatan menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan. Tolong lah semampu kita. Kalau denger di pengajian sih, yang namanya mengerjakan amal soleh itu lakukan semampu kita. Misalnya sholat ngga bisa berdiri karena sakit, ya boleh duduk. Ngga bisa duduk ya boleh berbaring. Begitu pula dengan menolong orang lain. Kalau memang mudah untuk menolong kenapa ngga kita tolong. Kalau sehubungan dengan ceritaku di atas, cuma tanda tangan doang lho, apa susahnya. Ya kan?
Ketika Bu Yah menolong memudahkan urusan tetangganya, maka Alloh memudahkannya di urusan yang lain. Siapa yang memudahkan satu kesulitan saudaranya, maka Alloh akan memudahkannya di dunia dan di akhirat kelak. Alloh akan selalu menolong hambaNya yang mau menolong saudaranya [3]. Yuk kita ingat-ingat betul soal ini. Semoga cerita ini ada manfaatnya buat kita semua ya, terutama buat diriku sendiri.

Catatan hadits: ________________________
[1] Dari Abu Mutawakkil An Naji, bahwasanya Abu sa'id Al Khudzri radhilayyahu'anhu mengatakan, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: \"Orang mukmin selamat dari neraka, kemudian dihisab diatas jembatan antara surga dan neraka, sehingga kezhaliman sesama mereka di dunia diqisas satu sama lainnya, sehingga jika mereka telah bersih dan suci, mereka dipersilahkan masuk surga, Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sungguh mereka lebih kenal hunian mereka di surga, daripada mereka kenal terhadap huniannya ketika di dunia.\" (HR Bukhari)
[2] Dari Abu Hurairah radhilayyahu'anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: \"Barangsiapa yang memiliki kezhaliman terhadap saudaranya, hendaklah ia meminta dihalalkan, sebab dinar dan dirham (dihari kiamat) tidak bermanfaat, kezalimannya harus dibalas dengan cara kebaikannya diberikan kepada saudaranya, jika ia tidak mempunyai kebaikan lagi, kejahatan kawannya diambil dan dipikulkan kepadanya.\" (HR Bukhari)
[3] Dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: \"Barangsiapa memudahkan satu kesulitan dari saudaranya sesama muslim di dunia maka Allah akan memudahkan baginya kesulitan di dunia dan di akhirat. Dan barangsiapa menutupi aib saudaranya sesama muslim maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat, dan Allah akan selalu menolong seorang hamba selama hamba tersebut mau menolong saudaranya.\" (HR Imam Ahmad, juga diriwayatkan Imam Muslim, Abu Daud, At Tirmidzi dan Ibnu Majah)

No comments:

Post a Comment

POST COMMENT

Popular Posts