Friday 30 April 2010

Organisasi Sedekah Muslimah di Malawi


Pendiri Organisasi itu adalah seorang janda berusia 41 tahun, ibu dari empat anak bernama Khadija Hamdani. "Saya memutuskan untuk membentuk sebuah organisasi perempuan karena melihat banyak para janda, anak-anak yatim piatu dan orang-orang jompo yang hidup dalam kemiskinan dan tidak ada yang menolong mereka. Sebagai seorang Muslim, saya diajarkan oleh Al-Quran untuk berbagi dengan sesama, sekecil apapun yang kita miliki," kata Khadija.

"Sebagai aktivis bantuan kemanusiaan di Malawi, saya berkunjung ke berbagai tempat di Malawi. Saya sedih melihat rakyat yang tidak memiliki sumber air bersih, jalan-jalan yang rusak dan mereka hidup dalam kemiskinan. Banyak perempuan yang ditinggal suaminya tidak tahu harus melakukan apa. Dengan berbagai program yang kami lakukan, saya yakin bisa meminimalkan kemiskinan di kalangan perempuan Malawi," papar Khadija.

"Kita tidak bisa menunggu bantuan dari pemerintah. Jika kita bisa membantu, biarlah kita yang melakukannya," tukas Khadija.

Selain mendirikan dan mengelola Organisasi Perempuan Muslim, Khadija juga pendiri dan ketua Gugus Tugas, Pemberdayaan dan Pengembangan Sumberdaya Perempuan "Salima" yang mendirikan sekolah untuk para perempuan yang putus sekolah. Sekolah itu diberi nama Sekolah Menengah Hari Perempuan yang menerima kalangan perempuan yang ingin melanjutkan pendidikannya. Mereka berasal dari berbagai latar belakang agama.

Malawi adalah negara yang terletak di kawasan Sub-Sahara Afrika dimana tingkat kemiskinan penduduknya tinggi. Menurut Data Badan Program Pembangunan PBB (UNDP), 52 persen dari total penduduk Malawi yang berjumlah sekitar 13,6 juta jiwa hidup dengan pendapatan kurang dari 1 dollar per hari. Dipekirakan 1,6 juta anak-anak di Malawi adalah yatim piatu dan banyak diantara mereka yang mengidap HIV/AIDS.

Mengentaskan Kemiskinan dengan Pendidikan

Banyak kaum perempuan di Malawi Tengah yang merasakan manfaat dari kegiatan yang dilakukan oleh organisasi yang dipimpin Khadija, terutama dari keberadaan sekolah yang diberi nama "Sekolah Menengah Hari Perempuan". Pengelola dan guru sekolah ini semuanya perempuan yang bekerja sebagai relawan.

Salah seorang perempuan yang merasakan manfaat sekolah tersebut adalah Patricia Kwelani, yang terpaksa putus sekolah saat masih di kelas delapan karena harus menikah. Ia memutuskan melanjutkan sekolah dan mendaftar ke sekolah itu agar bisa lepas dari kemiskinan.

"Tiap kali saya sedang sendirian di rumah, saya selalu berpikir bagaimana caranya mengatasi status perekonomian saya. Saya melihat bahwa sekarang ini semuanya butuh pendidikan. Kalau saya mau berbisnis, saya harus bisa membaca dan menulis dan bisa aritmatika," ujar Patricia.

Ia pun memutuskan untuk belajar di sekolah yang dikelola Organisasi Perempuan Muslim itu. Tahun 2009, ia baru lulus dan mendapatkan Junior Certificate of Education. Patria berharap bisa melanjutkan studinya untuk mendapatkan Malawi School Certificate of Education dan jika mungkin meneruskannya sampai universitas.

Ibu dari tiga anak itu mengaku tidak malu saat harus duduk bersama anak-anak sekolah yang mayoritas teman-teman sekolah anaknya, untuk ikut ujian. Mimpinya adalah membangun sebuah bisnis besar setelah menyelesaikan pendidikannya. Untuk itu ia juga akan membekali dirinya dengan pengetahuan ilmu komputer. "Saat ini semua bidang berkaitan dengan informasi dan teknologi. Saya ingin belajar komputer, karena saya yakin ilmu itu bisa membantu saya dan keluarga untuk meningkatkan status finansial kami," tukas Patricia.

Perempuan-perempuan di Organisasi yang dipimpin Khadija juga diajarkan berbagai ketrampilan, mulai dari menjahit, bertani kapas dan jagung sampai beternak ikan. Salah seorang perempuan Malawi yang sukses menjadi pengusaha adalah Hannah Katalama. "Saya adalah salah satu perempuan yang mendapatkan manfaat dari ketrampilan bisnis yang diajarkan di organisasi itu. Saya sekarang bisa bilang bahwa keluarga saya mampu menghasilkan uang dari bisnis yang kami jalankan. Saya bertani dan saya menanam berbagai tanaman yang bisa menghasilkan pendapatan," tutur Hannah.

Khadija menyimpan keinginan untuk memiliki pabrik pengolah kapas agar kaum perempuan yang bertani kapas bisa menjual dan mengolah hasil panen kapasnya. Menurut Khadija, banyak kaum perempuan yang ia bina memiliki bakat berbisnis tapi mereka menghadapi kendala terutama, terbatasnya pasar, minimnya peralatan dan buruknya infrastruktur jalan.

"Tujuan dan mimpi masa depan organisasi adalah kaum perempuan di Malawi bisa mengatasi masalah kemiskinannya dengan cara berbisnis kecil-kecilan," tukas Khadija.

Untuk itu tekadnya cuma satu, "Saya akan terus menjadi seorang muslimah yang membantu perempuan lainnya, anak-anak, orang-orang jompo dan kalangan duafa lainnya," ujar Khadija.


Jangan Lupa Isi Komentar Ya....

No comments:

Post a Comment

POST COMMENT

Popular Posts